Pelonco berarti, ‘mempermuda jiwa dan perasaan’. Berarti juga, ‘peremajaan jiwa dan perasaan’. Kembali muda untuk kepentingan pendidikan; oleh sebab itu amat penting bagi perguruan-perguruan anak dewasa dan perguruan-perguruan tinggi.
Dalam hal kepentingannya ini tak ada perselisihan pendapat (khilaf); hanya dalam soal cara saja yang berbeda-beda dan cara pelaksanaannya yang berlainan.
Diantara sekian banyak itu, ada yang secara digundul, ada yang dicoba untuk meminta-minta (sebagai pengemis), ada yang dicoba untuk menari di muka umum, dan lain sebagainya.
Orang yang telah merasa dirinya penuh dengan isi, telah merasa besar, merasa pandai, merasa cukup, orang yang berperasaan demikian ini sukar untuk dibentuk, sukar dapat bertambah ilmunya, sukar bertambah isinya dan sukar bertambah besar, kalau tidak dapat dikatakan mustahil.
Tidak terlalu berlebihan kalau orang serupa itu diumpamakan sebagai Bani Israil yang berkata, “Qulubuna ghulf” (Hati kami telah tertutup). Dan tepat pula apa yang tercantum dalam Al-Qur’an, “Inna-l-insana layathgha. Arra’ahu-s-taghna” (Sesungguhnya manusia itu amat durhaka/sombong apabila melihat dirinya telah kaya/cukup).
Mengingat semua itulah kami berpendapat bahwa anak-anak kita masih memerlukan untuk dipelonco atau diremajakan.
Banyak orang yang ingin muda kembali, muda umur tak mungkin, hanya dapat muda kembali ini untuk sesuatu kepentingan, yaitu untuk belajar.
Kita tandaskan sekali lagi bahwa anak-anak/pemuda-pemuda kita dirasa perlu untuk dimudakan jiwa dan perasaan mereka, agar kembali muda dengan arti:
- Sanggup diisi dan selalu merasa kurang
- Sanggup dibentuk dan minta dipimpin
- Mau dan sedia dikoreksi serta mau diperingatkan, bahkan selalu minta dikoreksi atau diingatkan
Apabila demikian jiwa kita, maka itulah artinya masih muda, belum tua. Dengan mempunyai perasaan masih muda, insya Allah akan mudah dibentuk dan diperbaiki, mudah pula diisi.
Seorang yang masih berada dalam suatu perguruan ini berarti masih dalam suatu persemaian, tempat penaburan, tempat latihan hidup yang gunanya sebagai persiapan hidup di masyarakat kelak.
Dalam berlatih, harus ada koreksi, perbaikan baik dalam soal-soal yang besar maupun yang kecil.
Apa artinya bagi seseorang yang belajar menulis halus (khat) umpamanya, atau juga yang sedang belajar menggambar, tetapi ia tidak mau dikoreksi dan dibetulkan kesalahan-kesalahannya atau kekurangan-kekurangannya?
Pemuda yang mau masuk dalam lingkungan perguruan ataupun balai pendidikan dan institut, seperti Pondok Modern ini, berarti telah siap dan sedia serta menyerahkan dirinya untuk digembleng, dibentuk dan dikoreksi serta berarti pula harus membuang keangkuhan dirinya yang selama ini sebagai orang besar, untuk muda kembali. Demikian juga bagi seorang yang merasa bahwa sebelum menginjakkan kaki di Pondok Modern telah dianjung dan disanjung, telah dipuja dan dipuji, diagung dan didewakan orang, maka hal-hal tersebut hendaklah dihilangkan; ganti pakaian dengan yang baru.
“Bagi siapa yang tidak siap dibentuk, maka Pondok Modern bukanlah tempatnya yang benar”
