Sidoarjo, 4 Oktober 2025 / 11 Rabiul Akhir 1447 H — Dalam suasana penuh kehangatan dan keberkahan, Pimpinan Cabang Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Sidoarjo menyelenggarakan pertemuan silaturrahim yang sarat makna, bertempat di SD Bayt Al Fath, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Acara ini menjadi wadah ukhuwah sekaligus ruang muhasabah bersama, menghadirkan para tokoh penting dari berbagai pesantren serta masyayikh, juga rombongan dari Pimpinan Pusat IKPM Gontor, sebagai upaya menyambung silaturrahim dan meneguhkan nilai-nilai luhur yang diwariskan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Turut hadir dalam majelis yang mulia ini, para masayikh dan asatidz dari pesantren-pesantren sekitar, antara lain K.H. Nur Kholis Misbah dari Pondok Pesantren Alamanah Junwangi, K.H. Taat Pribadi dari Pondok Pesantren As-Sakinah Suko, K.H. Ainur Rofiq dari Pondok Pesantren El-Haq Baduran, dan K.H. Hifni Najih Yasak dari Pondok Pesantren Fadhilah Waru. Hadir pula para masayikh dan alumni Gontor lainnya, yang dengan tulus dan ikhlas turut menyemarakkan forum silaturrahim ini.

Sementara itu, rombongan dari Pimpinan Pusat IKPM Gontor yang hadir terdiri atas Al-Ustadz H. Noor Syahid, M.Pd., Al-Ustadz H. Saepul Anwar, M.Pd., Al-Ustadz Drs. H. Rif’at Husnul Ma’afi, M.Ag. dan Al-Ustadz Dr. H. Umar Said Wijaya, M.Pd., yang masing-masing membawa semangat perjuangan dan nilai-nilai keikhlasan sebagaimana yang diajarkan di Gontor.

Acara berlangsung dengan penuh khidmat dan kehangatan. Sejak awal, interaksi antara mutakallim dan mustami’ terjalin secara dinamis dan alami. Beberapa candaan ringan yang dilontarkan oleh para masayikh, khususnya Al-Ustadz Hasan Abdullah Sahal, menambah suasana akrab dan cair, namun tetap dalam bingkai adab dan kesungguhan. Gelak tawa yang timbul sesekali menjadi bumbu kebersamaan, tanpa mengurangi kekhusyukan dalam menerima untaian nasihat yang disampaikan. Suasana tempat acara berlangsung terasa hidup, bukan semata karena banyaknya hadirin, tetapi karena kuatnya rasa ikatan batin antara guru dan murid, antara santri dan kiai, antara Gontor dan para alumninya. Terjalin pula rasa kekeluargaan yang mendalam, seakan mempertegas bahwa alumni Gontor, di mana pun berada, tetap satu dalam jiwa, satu dalam cita, dan satu dalam semangat perjuangan.

Untaian Mau’izhah dari Para Masayikh
Al-Ustadz H. Noor Syahid dalam sambutannya menekankan urgensi mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an sebagai wujud rasa syukur atas kemuliaan yang telah Allah anugerahkan kepada Bani Adam. Bahwasanya, kita sebagai manusia telah dimuliakan Allah bukan hanya dengan penciptaan yang sempurna, namun juga dengan akal, kehormatan, dan limpahan rezeki yang mencukupi agar dapat menunaikan ibadah dengan sebaik-baiknya. Beliau mengajak seluruh hadirin untuk senantiasa menjaga kemuliaan tersebut dengan menjadi hamba yang bersyukur dan bertanggung jawab.

Sementara itu, Al-Ustadz Dr. Eko Asmanto, M.A. selaku Ketua Umum PC IKPM Gontor Sidoarjo periode 2025–2030 menyampaikan bahwa tidak ada satu pun kemuliaan yang hakiki kecuali yang telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an. Dalam sambutannya, beliau mengutip ayat “Yaa ayyuhalladzina aamanuu, in tanshurullaha yanshurkum”, sebagai seruan untuk terus berjuang di jalan Allah. Beliau juga mengingatkan peran historis kaum Muhajirin dan Anshar yang saling menopang, sebagaimana disampaikan KH. Hasan Abdullah Sahal bahwa perjuangan tidak akan berlanjut tanpa kolaborasi antara keduanya. “Segala sesuatu yang ada pada kami adalah semata-mata dari Allah,” ungkapnya. Beliau turut menyerukan semangat istaksiruu asholihiin—mendorong lahirnya sebanyak mungkin pribadi-pribadi saleh, serta memohon doa dari seluruh hadirin agar dapat terus berproses menjadi lebih baik dan istiqamah di jalan dakwah.

Sorotan utama dalam majelis silaturrahim ini datang dari mau’izhah yang disampaikan oleh KH. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor. Dalam gaya khas beliau yang lugas, tajam, namun sarat kasih sayang, beliau menyampaikan bahwa silaturrahim kali ini bukan silaturrahim biasa, melainkan silaturrahim tingkat tinggi—sebuah perjumpaan ruhani yang memahami makna rahim secara hakiki. Dalam pandangannya, sedikit sekali manusia hari ini yang benar-benar memahami makna rahim, apalagi menjaganya. Beliau mengkritisi zaman yang sarat kesombongan hingga mengikis sisi kemanusiaan umat manusia. Dalam keprihatinannya, beliau menyebut telah muncul agama-agama baru: Agama Kepentingan, Agama Kebutuhan, dan Agama Keuntungan—yang secara perlahan menyingkirkan Agama Kebenaran.
Beliau mengingatkan para hadirin untuk kembali merenungi ayat-ayat seperti “Innal ladziina aamanu” dan “Yaa ayyuhannaas” sebagai panggilan Allah kepada manusia dan orang-orang beriman. Dalam pandangan beliau, manusia saat ini telah lalai, meninggalkan nuraninya, dan terjerumus dalam hawa nafsu duniawi. Tak lupa, beliau menyinggung pentingnya pesantren dan peran vital santri dalam menjaga ikraamul ‘ilmi wal ‘ulamaa. Menurut beliau, berdirinya lembaga pendidikan sejatinya adalah karena ma’asyiatullah, yaitu ketulusan memberi tanpa pamrih.

Peneguhan Peran Pesantren dan Santri dalam Membangun Peradaban dalam suasana yang hangat dan penuh kekeluargaan, para hadirin seolah diingatkan kembali bahwa pesantren bukan hanya institusi pendidikan, melainkan juga benteng peradaban yang menjaga nilai-nilai fitrah dan kemanusiaan sejati. Pertemuan ini menjadi bukti bahwa ukhuwah Islamiyah bukan sekadar ungkapan lisan, tetapi merupakan semangat yang terus diperjuangkan dan dirawat dalam bingkai cinta ilmu, keikhlasan, dan pengabdian kepada kebenaran.

Acara silaturrahim ini diakhiri dengan doa bersama, memohon kepada Allah agar seluruh guru, masyayikh, santri, dan pejuang dakwah Islam senantiasa diberi keberkahan, kekuatan, dan istiqamah dalam melanjutkan perjuangan menjaga kemurnian agama di tengah arus zaman yang semakin menantang.
Reporter: Muhammad Ainu Rozi
Reviewer: Haidar Ali Sya’bana
Photographer: Muhammad Ainu Rozi