Mataram, 16 September 2024 – Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), K.H. Hasan Abdullah Sahal, menegaskan pentingnya menjadikan syahadatain sebagai landasan utama dalam kehidupan seorang Muslim. Pesan ini disampaikan dalam acara Silaturrahim Forum Pesantren Alumni Gontor (FPA Gontor) wilayah NTB yang berlangsung di Ballroom Prime Park Hotel, Senin pagi, 16 September 2024.
Acara yang dihadiri oleh pimpinan PMDG, Ketua Umum PMDG, serta para pimpinan pondok pesantren alumni Gontor di wilayah NTB ini berlangsung khidmat dengan antusiasme tinggi dari para tamu undangan. Dalam tausiyahnya, K.H. Hasan Abdullah Sahal menyampaikan pesan bahwa tidak cukup bagi seorang Muslim hanya sekadar beriman, tetapi juga harus nasyhadu (bersaksi) untuk mencapai kesyahidan.
“Tanpa syahadatain, derajat manusia tidak lebih dari pasir,” ujar beliau, menegaskan bahwa syahadat harus diamalkan dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam ibadah shalat maupun dalam kehidupan sehari-hari. K.H. Hasan juga mengingatkan bahwa kecintaan terhadap dunia, termasuk keluarga, tidak boleh melebihi kecintaan kepada Rasulullah SAW, karena hal ini dapat mengancam akidah seorang Muslim.
Beliau juga mengajak para hadirin, termasuk para kiai, untuk senantiasa mengamalkan syahadatain baik secara lahir maupun batin. Dalam kesempatan tersebut, K.H. Hasan menyoroti fenomena pemurtadan dan penghinaan ulama yang marak terjadi di dunia saat ini. Menurutnya, pesantren harus berperan sebagai benteng terakhir yang menjaga keimanan dan nilai-nilai Islam yang hakiki.
Beliau menekankan bahwa Al-Qur’an harus dijadikan pedoman hidup dan mengingatkan para santri agar menjauhi sifat yang menipu diri sendiri atau orang lain. Pesantren, kata beliau, harus terus menjadi tempat yang kokoh dalam menjaga nilai-nilai Islam dari pengaruh negatif yang dapat melemahkan akidah.
Acara ini ditutup dengan ajakan introspeksi kepada seluruh pimpinan pondok pesantren alumni Gontor agar terus berkomitmen menjaga keimanan dan menjadikan pesantren sebagai tempat yang memperkuat nilai-nilai syahadatain dalam kehidupan sehari-hari.
—
Reporter: Aryyo Widagdho & M. Robieth Fadhlar Rahman